Minggu, 27 Maret 2011

PSIKOLOGI BELAJAR “TEORI KONDISIONING OPERAN SKINNER”

PSIKOLOGI BELAJAR
“TEORI KONDISIONING OPERAN SKINNER”

Teori kondisioning operan merupakan teori belajar yang paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi balajar masa kini. Pencipta teori ini adalah Birrhus Frederic Skinner (1904-1990) yang lahir di Susquehanna, Pensylvenia. Skinner meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D pada 1931 dari Harvard University. Gelar B.A diperoleh dari Hamilton College, New York. Skinner mengajar di fakultas Psikologi Minnesota antara tahun 1936-1945, kemudian pindah ke universitas Indiana menjabat sebagai ketua jurusan Psikologi. Pada tahun 1948 pindah kembali ke Harvard dan menetap disana sampai akhir hayatnya. Buku teks Skinner yang amat berpengaruh “The Behavior Of Organism” (1938).
a. Konsep Teoritis Utama
Perilaku Responden dan Operan

Skinner membedakan dua jenis perilaku: respondent behavior (perilaku responden) yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, dan operant behavior (perilaku operan), yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organisme. Respon yang tidak dikondisikan (bersyarat) atau unconditioned respon adalah contoh dari perilaku responden karena karena respon ini ditimbulkan oleh stimuli yang tidak terkondisikan, contohnya gerak reflex seperti menarik tangan saat tertusuk jarum, dsb. Perilaku operan tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali sehingga terlihat spontan, seperti pada banyak kegiatan yang dilakukan sehari-hari seperti berdiri lalu berjalan. Menurut Skinner perilaku operan itu terjadi karena stimulus yang menyebabkan perilaku tidak diketahui dan tidak perlu mengenalinya karena hal itu tidak penting. Sedangkan perilaku responden bergantung pada stimulus yang mendahuluinya.

Pengkondisian Tipe S dan Tipe R
Pengkondisian tipe S dinamakan respondent conditioning (pengkondisian responden), Tipe ini menekankan pada pentingnya stimulus dalam menimbulkan respon yang diingankan. Sedangkan tipe R menekankan pada respon disebut juga operant conditioning (pengkondisian operan).
Pengkondisian tipe R kekuatan pengkondisiannya ditunjukkan dengan tingkat respon (respon state), sedangkan dalam pengkondisian tipe S biasanya ditentukan berdasarkan besaran (magnitude) dari respon yang terkondisikan.

Prinsip Pengkondisian Operan
Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian tipe R : (1)setiap respon yang diikuti stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang (2) Stimulus yang menguatkan adalah segaa sesuatu yang memperbesar rata – rata terjadinya respon operan, atau yang meningkatkan probabilitas terjadinya kembali respon.
Skinner mengemukakan bahwa sebuah penguat itu dikataka efektif atau tidak dapat dilihat dari efek yang ditimbulkan lewat perilaku. Dalam pengkondisian opera, penekanannya adalah pada perilaku dan konsekuensinya, dengan pengkondisian operan, organisme akan merespon dengan cara tertentu untuk menghasilkan stimulus yang menguatkan. Proses ini juga merupakan contoh dari contingent reinforcement (penguatan kontingen), karena usaha yang mendapatkan penguat adalah kontingen (tergantung) pada organism yang mengeluarkan respon tertentu.
Prinsip pengkondisian operan berlaku pada berbagai macam situasi. Untuk memodifikasi perilaku, sesorang cukup mencari sesuatu yang menguatkan bagi suatu perilaku yang diingankan terjadi, dan kemudian segera memperkuat organisme itu. Kemudian dapat dilihat tingkat respon dari perilaku yang diinginkan akan naik. Saat perilaku berikutnya terjadi harus diberi penguat kembali hingga tingkat respon yang diinginkan terus naik. Manipulasi seperti ini dapat dilakukan pada setiap perilaku yang mampu dilakukan oleh organisme.
Prinsip yang sama juga diaplikasikan Skinner pada pengembangan personalitas (kepribadian manusia). Menurutnya kepribadian seseorang adalah pola perilaku yang konsisten yang terjadi dan disebabkan oleh penguatan yang selama ini didapatkan oleh diri kita.
Menurut Skinner, organism yang bernyawa akan senantiasa dikondisikan oleh lingkungannya, termasuk kultur atau budaya sebagai salah satu kontingensi penguat karena budaya yang berbeda akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula.
Penguat Positif dan Negatif
Primary positive reinforcement (penguat positif primer) adalah sesuatu penguat yang diberikan dengan stimulus yang mendukung (rewarding) untuk meningkatkan terulangnya sebuah respon.
Primary negative reinforce (penguat negatif primer) adalah sesuatu penguat yang diberikan dengan dengan penghilangan stimulus yang merugikan atau tidak menyenagkan untuk meningkatkan terulangnya sebuah respon.

Hukuman
Punisment (hukuman) terjadi ketika suatu respon menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa Hukuman adalah menjegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme, atau memberi organisme sesuatu yang tidak diinginkannya. Skiner dan Thorndike memiliki memiliki pendapat yang sama soal efektifitas hukuman : hukuman tidak menurunkan probabilitas respon. Walaupun hukuman dapat menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan.
hukuman sering terlihat sangat berhasi, padahal hanya menghasilkan efek sementara. Argumen lain yang menentang hukuman antara lain:
1. Hukuman menyebabkan efek samping emosional yang buruk
2. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan organisme, bukan apa yang seharusnya dilakukan
3. Hukuman menjustifikasi tindakan menyakiti pihak lain
4. Berada dalam situasi dimana prilaku yang dahulu di hukum, kini dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman lagi mungkin akan menyebabkan anak merasa di perbolehkan melakukannya lagi
5. Hukuman akan menimbulkan agresi terhadap pelaku yang hukum dan pihak lain.
6. Hukuman sering mengganti respon yang tidak diinginkan dengan respon yang tak diinginkan lainnya.
Skinner menyebutkan alternatif selain penggunaan hukuman. Situasi yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan bisa berubah, dan karenanya akan mengubah perilaku. Cara lain adalah dengan membiarkan waktu yang menentukan (misalnya dengan mengabaikan anak yang menangis) , tetapi cara ini boleh jadi akan terlalu lama. Kebiasaan tidak akan mudah dilupakan. Secara umum prilaku tetap bertahan karena ia diperkuat; ini berlaku untuk perilaku yang di harapkan maupun prilaku yang tidak diharapkan. Untuk mengeleminasi prilaku yang tidak diinginkan, kita perlu mencari sumber penguatannya dan menghilangkannya. Prilaku yang tidak menimbulkan penguatan akan hilang dengan sendirinya.


b. Kesalahan Prilaku Organisme
Skinner berpendapat bahwa hukum belajar yang sama berlaku untuk semua mamalia, termasuk manusia. Setelah mengamati bagaimana spesies hewan yang berbeda-beda melakukan aktivitas dalam jadwal penguatan tertentu, menurut Skinner burung dara, tikus, monyet? Yang mana saja memiliki prilaku yang berbeda sebagaimana anatomi mereka juga beda. Tetapi setelah pebedaan dini dibiarkan berlangsung dalam kontak mereka dengan lingkungan, dan dalam tindakan mereka terhadap lingkungan, maka akan melihat prilaku menunjukkan properti yang mirip.
Pandangan berbeda dengan pendapat bahwa hukum belajar yang sama berlaku untuk semua mamalia tampaknya berhubungan dengan konsep insting, sebuah konsep yang ingin dibuang oleh behavioris. Mereka percaya pada adanya insting mengatakan bahwa spesies yang berbeda memiliki kecendrungan bawaan yang berbeda yang berinteraksi dengan hukum belajar, atau bahkan menolak hukum itu. Dengan kata lain, karena ada tendensi bawaan ini, spesies tertentu dapat dikondisikan untuk melakukan sesuatu hal tetapi tidak bisa untuk hal lain. Menurut sudut pandang ini beberapa respon akan lebih mudah dikondisikan bagi beberapa spesies ketimbang spesies lain karena respon akan lebih mudah dikondisikan bagi beberapa spesies ketimbang spesies lain karena responsnya mungkin terjadi secara lebih alamiah bagi beberapa spesies dibandingkan spesies lain.
Namun Pasangan Breland (1961) dalam observasi-observasi yang mereka lakukan menemukan misbehavior of organism (kesalahan dalam prilaku organisme) dan menyimpulkan bahwa hewan dikuasai prilaku naluriah yang kuat, dan ada prapotensi dari pola perilaku yang lebih kuat ketimbang prilaku yang dikondisikan. Tendensi pola prilaku bawaan yang pelan-pelan menggantikan prilaku yang dipelajari ini dinamakan instinctual drift. mereka juga menyimpulkan bahwa perilaku setiap spesies tidak dapat dipahami, diprediksi, atau dikontrol secara memadai tanpa mengetahui pola naluri mereka, sejarah evolusi dan tempat ekologisnya.
Pentingnya prilaku naluriah pada situasi belajar tampak pada fenomena autoshaping. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perkuatan kedekatan ke prilaku yang diinginkan sampai prilaku yang diinginkan dilakukan, namun pada kasus ini hewan tidak memberikan respon yang sesuai dengan yang diinginkan melainkan membentuk prilakunya sendiri.
c. Pandangan Skinner tentang Pendidikan
Skinner, seperti halnya Thorndike, sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnyaa ke proses pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif apabila :
1. Informasi yang dipelajari disajikan secara bertahap
2. Pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi pembelajaran mereka (yakni, setelah pembelajaran mereka segera diberi tahu apakah mereka sudah memahami informasi dengan benar atau tidak): dan
3. Pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.
Skiner menegaskan bahwa tujuan belajar seharusnya dispesifikasikan terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dia menegaskan bahwa tujuan belajar itu mesti didefinisikan secara behavioral . jika tujuan tidak didefenisikan secara behavioral. Instruktur tidak akan tau apa yang harus diajarkan. Jika tujuan di spesifikasikan dalam term yang sulit diterjemahkan dalam term behavioral, maka akan sulit sekali menentukan sejauh mana tujuan pelajaran sudah dipenuhi. Seorang guru Skinnerian akan :
1. Memberikan penguat berupa penguat sekunder. penguat sekunder berupa pujian verbal, ekspresi menyenangkan, memberi penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai, peringkat dan kesempatan murid mengerjakan sesuaatu yang ia inginkan.
2. Lingkungan belajar yang memungkinkan individu belajar dengan kecepatan yang berbeda-beda
3. menghindari pembelajaran secara ceramah karena tidak dapat diketahui apakah proses belajar telah terjadi sehingga tidak diketahui kapan mesti mengatur penguatan.
4. Menghindari pemberian hukuman karena fokus pada memperkuat perilaku yang tepat dan mengabaikan perilaku yang tidak tepat


c. Evaluasi Teori Skinner
Kontribusi
Sistem Skinner cukup langsung dan dapat mudah diaplikasikan ke berbagai problem mulai dari pelatihan hewan sampai terapi modifikasi prilaku manusia. Pada satu titik ekstrem, karyanya menimbulkan hukum kesesuaian dan berdampak tak langsung pada riset terhadap pembuatan keputusan behavioral.
Skinner mencetuskan pendirian jurnal khusus, Journal of Experimental Analisis of Behavior untuk memungkinkan dilakukannya studi detail dan analisis terhadap jadwal penguatan dan menghasilkan sejumlah hukum behavioral baru

Kritik
Skinner berpendapat bahwa hukuman tidak efektif karena manusia tidak punya kehendak bebas sehingga mereka tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas prilakunya. Stoddon (1995) berpendapat bahwa keyakinan Skinnerian ini menyebabkan praktik pengasuhan (parenting) dan legal yang keliru dan cacat, yang pada gilirannya menyebkan naiknya angka kejahatan, tindakan melanggar hukum, dan ileterasi.
Selain itu meskipun metode ideografis yang dikembangkan oleh Skinner memungkinkan pangkajian prilaku operan individu secara detail, adalah sulit untuk membandingkan hasil dari prosedur ini dengan hasil yang diperoleh di laboratorium dengan menggunakan metode nomotetik.
Sistem Skinner mengenai keengganan menyusun teori dimana teori itu dapat dibantah, ditentang dan diperdebatkan mungkin akan melahirkan kemajuan ilmiah, membuat sistem Skinner tidak menimbulkan kemajuan, tetapi sistem itu merupakan kemajuan yang dicirikan akumulasi fenomena behavioral, bukan berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang belajar dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hergenhann, B.R. Olson, Mathew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar) edisi ke 7. Kencana Prenada Media Grup : Jakarta.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Kencana Prenada Media Grup : Jakarta
Syah, Muhibbin. 2003. Psikology Belajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Schlinger, Henry D. Conditioning The Behavior of The Listener. International Journal Psychology and Psychological Therapy. Oct. 2008. Vol. 8.no. 003. Universitas Almeria. Spanyol. PP. 309.-322

1 komentar:

  1. How does a casino work? - DrMCD
    A casino gives away money whenever they 경상남도 출장안마 want 원주 출장샵 to lose. In 진주 출장마사지 order to play on the casino, you 울산광역 출장마사지 need to deposit and pay. In the event of 수원 출장마사지 a casino losing you

    BalasHapus