Sabtu, 26 Maret 2011

Ekspresi Emosi

EKSPRESI EMOSI

Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional.
Ada 7 ekspresi emosi menurut Ekman,Sullivan & Matsumoto,1991 :
1.     Marah
2.     Jijik
3.     Takut
4.     Bahagia
5.     Sedih
6.     Terkejut
7.     Malu

Bentuk-Bentuk Ekspresi Emosi
1.     Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.
Menurut Darwin (1872), menyatakan bahwa ekspresi wajah yang ditampilkan oleh tiap individu berbeda berdasarkan emosi yang mereka alami. Dari ekspresi wajah seseorang, individu dapat menyampaikan informasi tentang keadaan emosi mereka.
Ekspresi wajah yang ditampilkan individu dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman, informasi-informasi, budaya yang telah diterima oleh individu tersebut.
Paul Ekman dan koleganya (Ekman, Sorenson, dan Friesen, 1969; Ekman, 1972 dalam John W. Santrock) telah melakukan penelitian mengenai ekspresi emosi yang dimiliki oleh individu dari beberapa latar belakang budaya yang berbeda-beda, yaitu: Amerika Serikat, Brazil, Chile, Argentina, dan Jepang. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ekspresi wajah tertentu memiliki makna universal, tanpa memandang kultur tempat individu yang bersangkutan dibesarkan. Ekspresi yang diteliti adalah ekpresi kegembiraan (happiness), rasa jijik (disgust), terkejut (surprise), kesedihan (sadness), kemarahan (anger), dan ketakutan (fear). Pada hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setiap negara yang diteliti memiliki ekspresi kemarahan yang sama, yaitu dengan menunjukkan cirri-ciri wajah memerah, kening berkerut, lubang hidung membesar, dan rahang mengatup.
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu, misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum.
Wajah atau muka itu sendiri adalah bagian depan dari kepala, pada manusia meliputi wilayah dari dahi hingga dagu, termasuk rambut, dahi, alis, mata, hidung, pipi, mulut, bibir, gigi, kulit, dan dagu. Wajah terutama digunakan untuk ekspresi wajah, penampilan, serta identitas.
2.     Ekspresi Vokal.
Ekspresi vokal dapat berupa nada suara dan urutan pengucapan.Biasanya nada suara vokal seseorang akan berubah mengiringi emosi yang dialami. Seseorang yang marah nada suaranya akan meninggi. Mereka yang bahagia akan lepas dan lancar. Sedangkan mereka yang sedih mungkin terbata-bata. Tidak jarang kita tahu emosi yang dialami seseorang hanya dari nada suaranya saja.
3.     Ekspresi Emosi dalam Musik
Sejatinya musik adalah ritme bunyi yang harmonis. Musik merupakan alternatif sarana katarsis bagi seseorang. Di dalam musik terdapat melodi, dinamika , suara keras lembut, irama cepat lambat atau elemen-elemen lain. Memainkan alat musik merupakan alternative katarsis bagi seseorang. Dengan musik ia dapat mengatur irama sesuai dengan mood yang dimilikinya. Dengan bermain musik seseorang terlalih mengelola dan mengendalikan emosi secara ritmis.  Adapun yang terkandung dalam mendengarkan ritme  musik adalah kepekaan mengenali perasaan. Kadang-kadang musik dapat menggugah semangat, menggairahkan, menghilangkan ketegangan atau bahkan untuk sementara dapat memberikan suasana tentram . Musik memang merupakan alat bantu untuk mengekspresikan kata hati.
Menurut Alf Gabrielsson, seorang ahli di bidang psikologi musik, untuk memahami ekspresi emosi dalam musik, kita perlu membedakan antara proses “emotion perception” dan “emotion induction”. Maksudnya, seorang pendengar musik dapat saja menangkap ekspresi emosi dari sebuah musik tanpa perlu mengalami emosi itu sendiri. Proses inilah yang dimaksud dengan emotion perception atau persepsi emosi yang terkandung dalam musik. Itu artinya ada nilai “objektif” dari fungsi emosional musik, yang membuat kita sebagai pendengar dapat mengenali musik yang bernuansa ’sedih’, ‘gembira’, ‘relaxing’ , dsb. Lebih jauh lagi, saat mendengar sebuah musik, kita dapat ‘mengalami’ emosi tertentu. Inilah proses emotion induction, di mana musik membawa kita hanyut dalam emosi tertentu. Seseorang, karenanya, dapat dengan bebas memberikan respon emosi terhadap musik yang didengarnya. Secara gamang, emotion perception dimaksudkan sebagai kerja intelektual (sebatas proses persepsi kognitif) sementara emotion induction melibatkan respon emosional (apa yang dirasakan saat mendengar musik tertentu). Di samping itu, perbedaan keduanya akan sangat terlihat ketika kita mencermati hubungan emotion perception dan emotion induction itu sendiri. Tidak secara otomatis penikmat musik akan merasakan emosi sejalan dengan ekspresi emosi yang ditampilkan dalam si musik.
Musik memiliki 2 fungsi pokok :
a. Sarana nemesis : tranformasi dan imitasi dari luar ke dalam diri manusia. Dimana dalam musik dituangkan melalui bentuk-bentuk pertunjukan opera.Fungsi emosi itu sendiri dalam opera adalah merefleksikan emosi melalui kata-kata dan gerakan.
b. Sarana katarsis : musik dapat menjadi sarana pengekspresian diri.Baik melalui alur cerita,musik dan watak tokoh yg diperankan.
Dalam penyajian musik itu sendiri dapat dijadikan sebagai ekspresi diri individu,maka terkadang alunan musik yang terdengar dapat seperti menampilkan keadaan yang menyedihkan, gembira, kecewa, benci, marah, dll.
Budaya dan Emosimusikal
Kebudayaan juga punya pengaruh terhadap respon emosi melalui musik sebagai stimulus non verbal.
Menurut Juslin dan Sloboda (2001), latar belakang penciptaan musik terkait dengan kondisi budaya dan aspek-aspek sosiopsikologis yang ada di lingkup pencipta musik tersebut.
Sedangkan menurut Hidajat (2005), budaya secara nyata tidak dapat dilepaskan dalam pemaknaan musik melalui emosi individu yang menciptakan musik tersebut. Faktor-faktor budaya dapat mempengaruhi alunan musik yang ditampilkan oleh individu. Misalnya :
Musik acara perkawinan di Jawa lebih terkesan lembut daripada alunan musik acara perkawinan di daerah Tapanuli.
Ekspresi emosi yang ditampilkan dalam musik dapat dinilai dari beberapa hal seperti :
1)     Elemen tempo dari musik yang ditampilkan
2)     Timbre
3)     Serta kompleksitas musik yang disajikan
Misalnya, tempo cepat untuk musik yang riang dan tangga nada minor untuk menyampaikan kesedihan. Sampai di sini, para gitaris melakukan proses penilaian musik secara intelektual (persepsi emosi). Di lain pihak, gitaris akan memahami bahwa musik bisa juga mencuatkan sisi melankolis mereka (terinduksi emosi).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa musik yang ekspresif nilainya ada pada musik itu sendiri (karenanya dapat dilakukan emotion perception) sekaligus pada si pendengar (terkait dengan emotion induction). Yang perlu diperhatikan lagi adalah adanya faktor ketiga: faktor situasional. Bagaimana musik itu dipresentasikan berpengaruh juga dalam urusan emosi ini. Misalnya, coba saja bandingkan sensasi emosional Anda saat mendengar sebuah musik sendu saat sebenarnya Anda sedang merasa senang dan saat Anda sedang meresa sedih, tentunya akan berbeda.
4.     Bahasa
Bahasa memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai alat komunikasi, alat ekspresi, integrasi, untuk tujuan praktis,artistik dan filosofis. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan apa yang tengah dirasakan atau dipikirkan. Pikiran dan perasaan tersebut direalisasikan dalam bentuk ragam bahasa verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seseorang sedang sedih atau senang akan mengekspresikannya dengan menulis buku harian, menulis puisi, lirik lagu, cerita ataupun karya tulis atau pun bentuk bahasa tulis lainnya. Sedangkan ekspresi bahasa non verbal, yaitu ketika manusia mengekspresikan emosinya dengan menangis, menari, melontarkan kalimat – kalimat amarah, dan lain – lain. Dengan membahasakan ekspresi tersebut manusia akan merasa tenang dan terbebas dari tekanan emosi yang dirasakannya.
5.     Gambar
Menggambar merupakan aktivitas yang didukung oleh proses kognitif, persepsual dan psikomotorik.  Menggambar merupakan salah satu cara mengekspresikan diri. Ekspresi kemarahan atau agresi misalnya, dapat dituangkan dalam gambar tanpa konsekuensi merusak lingkungan fisik. Bahkan adakalanya ia menjadi alat komunikasi yang efektif. Disamping itu menggambar juga merupakan pengenalan dan penuangan ide maupun emosi secara konkret dari yang biasanya bersifat abstrak ke dalam symbol-simbol tertentu. Dan symbol-simbol ini seringkali digunakan sebagai fantasi. Oleh karenanya, melalui gambar,  seseorang  dapat membaca emosi dan menangkap ide yang diungkan oleh orang lain. Gambar berfungsi sebagai alaat bantu mengembangkan imajinasi. Dalam kehiduan sosial, imajinasi ini penating untuk empati. Sedangkan dalam kehidupan intelektual dan kehidupan sehari-hari imajinasi penting untuk melakukan antisipasi dan perencanaan.
6.     Ritme dan Gerak
Bergerak merupakan media untuk mengekspresikan pembebasan dari sesuatu yang tidak enak. Gerak merupakan simbolisasi, displacement maupun katarsis. Bahkan secara ritual, gerak merupakan suatu sarana mengekspresikan dan mengalihkan ketakutan, kesedihan, kemarahan, kenikmatan, permohonan maupun ampunan. Terutama anak-anak, sangat menyukai gerak. Bila gerakan diatur, anak sering mengundurkan diri, takut membuat kesalahan. Aktivitas ritme dan gerak ini dapat berupa permainan, tarian, akrobatik maupun pantomim atau operet. Melalui kegiatan ini seseorang berlatih mengembangkan imajinasi untuk membuat suatu harmoni antara ritme dan gerak, sebuah presentasi dari emosi yang dimiliki.
7.     Seni Peran
Secara psikologis bermain peran mempunyai fungsi terapis yang tidak kecil artinya. Banyak kasus dipecahkan melalui bermain peran. Melalui bermain peran seseorang  akan menjadi paham dan mengerti sesuatu dan atau orang lain. Ketika seorang  seorang  pekerja pabrik bermain peran sebagi manajer, ia dapat memahami bahwa menjadi majikan memang tidak mudah yang karenanya kadang-kadang harus pelit dan berkuasa. Bermain peran merupakan media ekspresi emosi yang paling kompleks. Dalam bermain peran banyak imajinasi yang harus dikembangkan, yaitu imajinasi rasa, peran itu sendiri maupun hal-hal lain yang mendukung peran yang dimainkan.
8.     Sastra
Bentuk lain untuk mengekspresikan dan mempelajari serta memahami emosi adalah dengan menulis dan membaca indah. Melalui aktivitas ini seseorang dilatih untuk menyuarakan kata hati, keinginan maupun perasaan-perasaannya. Tulisan yang komunikatif, dibuat berdasarkan proses pengamatan yang seksama atas berbagai peristiwa yang menarik di sekitar. Dengan menulis seseroang akan dibiasakan dan bersahabat dan berkomunikasi dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Sedangkan dengan membaca (mendongeng dll), seseorang dilatih untuk peka terhadap perasaan orang lain yang dituangkan dalam tulisan. Dengan membaca tulisan seseorang terlatih untuk mampu memperdengarkan dan membayangkan pesan yang disampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar